Sabtu, 16 April 2011

Keanehan Orang


       Hari ini, aku baru saja mengalami suatu kejadian yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu. Entah ini membahagiakan atau malah menyedihkan. Seperti biasa, aku ke sekolah tiap jam setengah tujuh pagi. Tidak ada yang begitu istimewa dalam kegiatan belajar mengajarnya. Tapi, kejadiannya baru dimulai ketika bel terakhir berbunyi. Semua para penuntut ilmu bergegas mencari jalan pulang ke rumah mereka. Ada yang menunggu jemputan, berjalan kaki, atau menunggu datangnya angkot yang penumpangnya sepi agar bisa bersama dengan gerombolannya.
            Aku termasuk yang menunggu angkot dengan gerombolanku. Kami bercanda ria, sengaja membunuh waktu sekaligus menceritakan beberapa hal aneh yang kadang-kadang diluar batas kewajaran. Setelah kurang lebih setengah jam bercengkrama di pinggir jalan seperti orang gila yang baru saja melarikan diri dari rumah sakit jiwa, kami mendapatkan sebuah angkot yang rela mengangkut orang-orang seperti kami. Dalam perjalanan pun kami masih saja menceritakan hal-hal aneh dan terus tertawa. Ketika angkot mencapai sebuah kawasan ruko yang baru dibangun, seperti biasa aku turun dari angkot dan berjalan menuju perumahan di belakang ruko. Rumahku ada di perumahan itu yang sebelumnya harus melewati gang kecil yang sepi.
            Aku berjalan biasa, memikirkan makan siang yang sudah tersaji di meja  makan. Sangking asyiknya melamun, aku memejamkan mata. Tapi ada yang aneh, mataku tidak bisa dibuka lagi, badanku tidak bisa digerakkan, dan lidahku kaku. Tak lama kemudian seluruh inderaku mati rasa. Aku tak tahu apa yang terjadi, mungkin ketiduran di tengah jalan.
            Setelah tertidur yang aku rasa cukup lama, aku terbangun di sebuah tempat yang gelap dan pengap. Aku mencoba untuk bangun, tetapi badanku seperti ditekan setiap akan melakukannya. Aku rupanya diikat. Lalu, terdengar suara langkah kaki. Ada yang datang.
            Seorang pria berkumis yang mengenakan sebuah jaket jeans menghampiriku dan berkata, “sudah sadar kau”. Aku bingung, siapa orang ini?
            “Dimana aku?”, tanyaku agak takut.
            “Tidak penting, urusanmu sudah selesai disini. Apapun yang kau alami hari ini kau tidak akan mengingatnya. Dan apa yang akan kamu alami selanjutnya hanyalah hal yang tidak penting”, kata pria itu sembari tersenyum. Lalu semuanya menjadi gelap lagi.
            Aku terbangun lagi, di sebuah ruangan gelap dan pengap. Namun aku sepertinya akrab dengan ruangan ini, ini kamar tidurku. Segera kusambar jam di atas meja belajarku. Jam 4. Langit masih terang, berarti masih sore. Sepertinya aku tidak pergi terlalu lama dan terlalu jauh.
            Esoknya, aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Menjalani kegiatan belajar mengajar yang seperti biasanya. Entah mengapa hari ini aku merasa sangat bosan. Padahal biasanya matematika adalah favoritku. Bisa kulahap semua soal yang diberikan Bu Guru. Tapi tidak hari ini. Kepalaku pusing sekali. Ingin rasanya aku tidur di atas tasku yang tidak empuk. Tapi akhirnya, kupejamkan juga mataku, walau hanya 3 detik. Tapi, aku langsung sadar ada yang aneh. Waktu menunjukkan pukul setengah satu. Padahal matematika adalah awal dari kegiatan belajar mengajar hari ini. Bel penanda sekolah berakhir pun menggema. Semuanya berkemas-kemas untuk pulang ke rumah.
            Aku tidak habis pikir, apa aku sedang bermimpi atau sedang kacau pikiranku ini atau mungkin aku ketiduran di kelas. Dalam perjalanan pulang, aku kembali melewati gang kecil seperti biasanya. Kemudian, muncullah seorang pria berkumis dan memakai jaket jeans.
            “Bagaimana pengalaman pertamamu menggunakannya?”, tanya orang aneh itu kepadaku. Aku diam saja, terus berjalan karena merasa tidak pernah mengenalnya. “Kau pasti bingung mengapa tiba-tiba jam matematikamu selesai, bukan?”, tambahnya seraya melangkah mengikutiku. “Kau bisa mengendalikan waktu dan ruang sekarang, aku yang membebaskan kekuatan itu darimu. Berterima kasihlah bocah! Aku bisa membantumu menjadikannya semakin kuat!”, teriaknya seperti orang gila yang lebih parah dari kegilaanku dengan gerombolanku.
            Sebenarnya ada berjuta pertanyaan yang hinggap di kepalaku, namun kupendam saja karena tidak baik berbicara dengan orang asing. Bagaimana kalau sebenarnya dia orang jahat? Jadi kuputuskan untuk meninggalkannya. Di rumah, rasanya telinga disumbat oleh kata-kata pria tadi. Aku penasaran bagaimana cara kerjanya. Lalu aku memutuskan untuk mempelajarinya sendiri.
            Aku sendiri bingung mau memulai dari mana. Akhirnya aku malah melamun tentang liburanku di Bali sebulan lalu. Aku tiba-tiba merasa sangat pusing dan di sekitarku menjadi terang. Aku mendengar suara yang tidak begitu asing di telinga, suara ombak. Aku kaget, karena sudah berdiri di Sanur. Ini seperti mimpi, walau sudah pernah melakukannya. Aku pun jadi sedikit mengerti cara kerjanya.
            Hari-hari selanjutnya, setiap pulang sekolah aku selalu bermain-main dengan mainan baruku. Pindah ke masa lalu, maju ke masa depan, kemanapun yang aku inginkan. Aku sudah berkali-kali menggunakannya untuk berbuat curang. Misalnya ketika ulangan, aku sengaja tidak belajar. Hanya perlu menghentikan waktu dan melihat catatan. Ini kulakukan di setiap ulangan.
            Termasuk juga hari ini, aku berpikir untuk melakukan perjalanan ke Jepang pada tahun 1945. Aku ingin sekali melihat secara langsung bom yang dijatuhkan tentara sekutu untuk mengakhiri perang dunia kedua di Hiroshima dan Nagasaki. Tapi, rencana tidak berjalan dengan mulus. Aku terlempar ke sebuah ruangan gelap dan pengap, yang jelas-jelas bukan kamarku. Aku merasa akrab dengan ruangan itu. Namun berkali-kali aku mencoba mengingatnya tidak ada satupun petunjuk yang kudapatkan.
            Secara tiba-tiba, muncul pria berkumis yang pernah kutemui sebelumnya, pria yang pernah berteriak-teriak seperti orang gila itu.
            “Kau mengecewakan, Nak. Kupikir kau orang yang tepat jika kekuatanmu dilepaskan, tapi kau sama saja dengan yang lainnya. Tidak bisa diharapkan. Aku membuka kekuatanmu bukan untuk kau pakai bersenang-senang seperti itu. Kau harusnya membantu orang lain karena kau lebih mampu melakukannya”, ujarnya. Aku hanya diam tidak mengerti. Membatu di tempat aku berdiri.
            “Begini saja, Nak. Karena kamu tidak pantas mempunyai kekuatan seperti itu, kamu lebih baik mati saja. Aku akan membunuhmu saat ini juga”, katanya dengan nada yang dingin. Tangannya tiba-tiba menghantam ulu hatiku sehingga aku tersungkur. Lalu aku dibawa keluar dari ruangan itu, lebih tepatnya dibawa keluar rumah. Ternyata di luar sangat tinggi, rumah orang ini berada di pinggir jurang.
            Tanpa basa-basi ia langsung melemparkan aku seperti membuang sampah plastik di jalan. Aku yang masih kesakitan karena dipukul tadi mencoba untuk kembali ke rumah. Namun, kekuatanku tidak bekerja. Aku mulai panik, berteriak sekenanya walau tahu tidak akan menolongku. Siapa juga orang yang tinggal di jurang seperti ini. Aku sudah pasrah, karena melihat dasar jurang yang semakin dekat. Untuk yang terakhir kalinya, aku mencoba menggunakan kekuatanku, aku berpikir untuk pindah kemana saja, asal aku tidak mati. Lagi-lagi hasilnya negatif. Ajalku semakin dekat, semakin mendekat dan....
            “BYUUUUuuuRRRRRRR!”
            Aku merasa tubuhku basah dan semua inderaku bekerja dengan normal. Tapi aku malah melihat sesosok wanita yang seram(kidding). Tapi aku langsung sadar kalau itu ibuku.
            “Sampai kapan kamu mau tidur? Kamu tidak butuh sekolah, hah?! Sudah jam setengah tujuh! Cepat mandi sana!”, bentaknya.
            “Alhamdulillah, hanya mimpi. Pasti gara-gara semalam nonton film, nih. Bikin kaget saja”, kataku sambil keluar dari kamarku.
            Hari ini, aku akan menjalani sebuah hari yang biasa. Seperti biasa dengan teman-temanku di sekolah. Tidak ada kekuatan yang aneh-aneh. Karena aku yakin aku tidak akan bisa menggunakannya dengan baik. Walau aku merasa keren juga kalau benar-benar punya kekuatan itu. Tapi hidup bukan untuk berkhayal, kita harus hadapi kenyataan, suka ataupun tidak. Karena hanya Dia-lah yang mengetahui apa yang terbaik buat kita.
SELESAI

2 komentar:

Anonim mengatakan...

weleeeeh...
lucuuu oi

wili mengatakan...

hahaha..
makanya jeng bermimpi

Posting Komentar