Jumat, 23 September 2011

cintai sewajarnya saja


Begitulah tabiat manusia
Jika ia mencintai, maka cintanya itu akan 
luber
Tumpah ruah memenuhi penjuru dunia
Jika ia membenci, maka bencinya itu tak tertahankan
Hingga lupa akan sifat Tuhan Yang Maha Pemaaf
Tapi kini, seiring titian roda waktu yang terus berputar
Kutemui satu mahkota penting kehidupan
Seperti pesan Sang Khaliq dalam kitab suci
Cintailah yang engkau cintai sewajarnya
Bencilah yang engkau benci sewajarnya
Bukan tanpa sebab
Tuhan-pun melanjutkan
Bisa jadi sesuatu yang engkau cintai itu berpaling menjadi sesuatu yang paling engkau benci
Dan bisa jadi sesuatu yang engkau benci itu berubah menjadi sekuntum mawar indah dalam hati sanubari-mu
Ah, benar saja Engkau Tuhan
Telah banyak Engkau membolak-balik hati ini
Seakan semuanya mudah saja bagimu
Dulu cintaku padanya begitu dahsyat
Hingga aku berpikir dialah cinta sejati itu
Tapi nyatanya, ia, kini, berubah menjadi metafora bagi kegalawanku
Dan kini, nyata-nyata telah terpampang dihadapanku
Sesuatu yang dulu teramat gampang kucaci-maki
Telah menjelma bagai permadani yang ingin terus kutiduri
Maka kini, dipersimpangan itulah aku berdiri
Semuanya, segala sesuatu, kutaruh dalam kerangka itu:
Mencintai dan membenci sewajarnya saja
Tak perlu berlebih

0 komentar:

Posting Komentar